Langsung ke konten utama

Kesalahan Orang Menafsirkan Kewajiban Menuntut Ilmu

 Banyak orang bilang kalo tiap-tiap individu wajib menimba ilmu. Tapi ga sedikit yang salah dalam memahami apa sih ilmu yang wajib kita pelajari. Jangan-jangan kita juga yang termasuk orang yang salah paham? Oke supaya lebih jelasnya lagi mari kita langsung aja bahas apa sih yang dimaksud ilmu itu? Dan apa bener kita wajib buat menuntut ilmu tersebut?

Ilmu secara garis besar terbagi menjadi 2 yakni ilmu dunia dan ilmu syar’i. Ilmu dunia adalah ilmu yang mempelajari dan mendalami ranah duniawi yang berasal dari hasil pemikiran manusia yang outputnya berupa teori yang dapat diimplikasikan dalam kehidupan. Ilmu dunia dihukumi mubah oleh para ulama. Sedangkan ilmu agama ialah ilmu yang mempelajari dan mendalami tentang syar’i yang berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi ﷺ yang ditujukan untuk memandu manusia menuju jalan yang benar dan bermuara di Surga

Didalam hadist disebutkan kalo menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Mengutip dari muslim.or.id Rasulullah ﷺ bersabda ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224). Nah disini kayanya kita dapet banget “kartu AS” sebagai landasan kita bahwa menuntut ilmu itu wajib. Padahal pemahaman terhadap hadist tersebut harus dijelaskan lagi oleh pihak-pihak yang paham yakni dari kalangan ulama.

Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menegaskan bahwa ilmu yang dimaksud ialah ilmu agama (ilmu syar’i). Tidaklah Allah dan Rasul-Nya menyebutkan kata “ilmu” dalam Al-Qur’an dan Hadist melainkan maksudnya ialah ilmu syar’i. Karena bagi siapapun yang ingin memahami agama secara benar tentulah ia wajib menuntut ilmu dengan benar pula. Oleh karena itu, salah bagi seseorang jikalau bersandar pada hadist tersebut namun tidak memahami hakekat ilmu yang dimaksudkan didalamnya.

Lalu pertanyaannya apakah kita tidak boleh menuntut ilmu selain agama (ilmu dunia)? Jawabannya tentu saja boleh dan ini hukumnya fardu kifayyah. Artinya jika sebagian umat muslim telah mempelari dan menguasi bidang ilmu tersebut maka gugurlah kewajiban tersebut pada sebagian yang lainnya. Sebagai contoh ilmu dunia ialah ilmu kedokteran, ilmu politik, ilmu sosial dan sebagainya. Apakah jika mempelajari ilmu dunia kita tidak mendapatkan pahala? Jawabannya tentu dapat jika NIAT kita mempelajari ilmu tersebut ialah demi mendapatkan ridho Allah ﷻ. Artinya jika kita belajar ilmu dunia dengan niat menolong manusia lain, mengajarkannya kepada muslim yang lain (selama bukan ilmu yang haram), untuk menjadi ahli dibidangnya, untuk berkarier dan menafkahi keluarga, dan lainnya maka InsyaAllah dalam kegiatan menuntut ilmu tersebut akan memperoleh pahala disisi Allah ﷻ.

Terus apa sih yang diwajibkan oleh Rasul ﷺ untuk dipelajari? Tentu jawabannya ialah ilmu yang bersifat fardu ‘ain. Yakni diwajibkan bagi setiap muslim dewasa dan berakal tanpa kecuali. Sebagai contoh ilmu dalam akidah (kepercayaan), fiqih (hukum halal haram), ilmu tajwid (membaca Al-Qur’an), ilmu rumah tangga (bagi para orang tua) dan tentunya yang paling penting ialah adab. Sebagai contoh fenomena di era saat ini ada oknum yang berpendidikan tinggi, bergelar doctor namun menyampaikan bahwa zina itu halal dengan alasan antara laki-laki dan perempuan saling ridho, Naudzubillah. Ada juga orang dengan gelar akademik yang panjang namun tidak bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Serta masih banyak contoh yang lainnya yang sangat miris bagi seorang muslim dewasa. Bahkan Sebagian mereka merasa telah “menuntut ilmu” yang dibuktikan melalui gelar akademiknya, artikel ilmiahnya atau jabatannya dalam dunia karier. Padahal itu semua bukan yang dimaksudkan oleh Rasulullah ﷺ.

Sering kali kita semangat dalam mengejar ilmu dunia demi karier, demi jabatan, demi kewibawaan namun tidak sama sekali meluangkan waktu untuk mengejar ilmu syar’i. Padahal nanti di hari Kiamat, Allah akan mempertanyakan umur kita dihabiskan untuk apa saja, terutama masa muda kita. Dalam hadist yang dikutip dari suaramuhammadiyah.id disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda “Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).

Sebagai seorang muslim sejati hendaknya kita terus berikhtiar untuk melakukan yang terbaik didunia ini, terutama dalam urusan menuntut ilmu. Boleh kita menuntut ilmu dunia melalui pendidikan formal tapi jangan lupa juga khususkan waktu kita untuk menuntut ilmu syar’I yang bersifat fardu ‘ain. Toh hal tersebut pasti bakal menunjang kehidupan kita banget kok, dijamin tidak akan rugi jika kita meluangkan waktu buat belajar agama. Sebaliknya justru sangatlah rugi dan dijamin menyesal saat tidak belajar agama sama sekali dari sekarang. Yuk ngaji mumpung masih ada umur, belum tentu besok kita masih dikasih kesempatan sama Allah ﷻ.

Mengutip dari https://rumaysho.com/ Rasulullah ﷺ bersabda “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699). Jadi tunggu apalagi buat ga mulai ngaji dari sekarang? Yuk ngaji gais, kapan lagi dapet kemudahan buat masuk surga.

Muchamad Robiyansah

Pejuang Subuh

Instagram: @muchamadrobiyansah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya Mentafakkuri Ilmu

 Bismillahirrahmanirrahmin, Belajar memuliakan ilmu agar lebih berkah, kita sering kali melewatkan kualitas ilmu itu sendiri akibat lebih mementingkan kuantitas. Banyakan hafalan, banyak belajar kitab, banyak guru dan kajian, dll. Tapi kita lupa berbicara kualitas ilmu tersebut. Ilmu akan lebih masuk ke hati dan berkah saat kita sadar bahwa ilmu itu mahal, ilmu itu berharga, ilmu itu mulia. Belajar juga untuk mentafakkuri ilmu. Spare waktu untuk tafakkur agar ilmu lebih masuk ke hati dan merubah kita. Goals kita belajar adalah perubahan ke arah yang lebih baik pastinya. Tapi jika ilmu itu hanya disimak, dipahami pada saat kajian saja kualitasnya akan beda saat kita tambahkan agenda tafakkur ilmu. Tafakkur mengandung arti memikirkan, merenungkan , mengingat Allah segala ciptaannya yang tersebar dilangit dan dibumi bahkan yang ada didalam raga dan jiwa manusia. Jadi kita disuruh merenungkan ilmu yang udah kita pelajari dan berusaha untuk memasukannya kedalam hati. Barang siapa tida